Menjadi Saudagar Dahlan Muda di Era Digital
Senin (22/6/2021) Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Mempersembahkan Seminar Daring dengan tema: “Menjadi Saudagar Dahlan Muda di Era Digital”.
Seminar tersebut dimoderatori oleh Suryana Hendrawan, S.E., MBA. Selaku dosen Manajemen UAD dan menghadirkan tiga pemateri diantaranya Dr. Riduwan, S.E., M.Ag Kepala Kantor Urusan Bisnis dan Investasi UAD, Weliyan Tanoyo selaku Pengusaha Muslim, Penulis Buku “Juragan Marketplace“, dan Caraka Putra Bhakti, M.Pd. selaku Kabid Pengembangan Karakter dan Kesejahteraan BIMAWA UAD.
Seminar tersebut diawali dengan sambutan oleh Dr. Gatot Sugiharto S.H.,M.H, Wakil Rektor bidang BIMAWA yang menyampaikan “Sekarang banyak sekali terjadi di masyarakat, termasuk mahasiswa yang memiliki alat yang berteknologi tinggi, dengan kata lain semakin bagus, tapi tidak linier dengan produktivitas. Tepat tema dalam seminar ini, sebab sejalan dengan problem-problem kebangsaan saat ini. Melihat daya saing Bangsa banyak sekali yang harus kita pecahkan Bersama. Pergeseran pola pekerjaan sudah mulai terjadi, sehingga mari Bersama-sama meningkatkan kreativitas, potensi diri, dan belajar dari para ahlinya untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Kemudian, DRS. Ishafit.M.Si, Kepala Lembaga Pengembangan Pendidikan UAD dalam sambutannya menyampaikan “Menjadi saudagar adalah tantangan kedepan, apalagi ketika telah menjadi alumni nantinya, karena kedepannya tidak hanya mengandalkan satu bidang keilmuan atau satu spesialisasi saja, tetapi mindset untuk menjadi saudagar/pengusaha yang bergerak di dalam perniagaan menjadi penting.” Maka dari itu, seminar ini menjadi cocok dan urgent untuk dikembangkan kedepannya, terutama semangat menjadi saudagar.
Riduwan menjelaskan era disrupsi yang serba cepat dengan teknologi berbasis internet, berimplikasi mengharuskan para saudagar untuk memiliki (1) seribu satu akal, artinya saudagar janganlah pendek akal (2) cepat menangkap peluang (3) gagasan baru (4) pandai mengelola resiko (5) berani memulai (6) bekerja lebih.
“Saudagar harus bisa bekerja lebih, menjadi mahasiswa jangan memperdebatkan antara aktivis dan akademik. Ketika menjadi aktivis akan dianggap mempengaruhi akademik, sehingga lulus lama. Tidaklah demikian, kedua hal ini adalah sesuatu yang saling melengkapi. Menjadi saudagar adalah memulai, ketika menjadi mahasiswa semua serba nyaman, gagal tidak masalah. Dalam dunia bisnis kegagalan adalah lumrah, jatuh bangun biasa. Artinya jangan takut memulai karena takut gagal. Tidak ada yang tidak beresiko, semuanya ada resiko, maka lebih baik memulai dan beresiko daripada tidak memulai dan juga beresiko, sebab dengan belajar saja ketika lulus belum terjamin akan dapat kerja”, tambah Riduwan.
Weliyan menjelaskan bahwasannya menjadi pengusaha itu mungkin, apapun background pendidikannya, apapun background ekonominya, dan apapun kondisi keluarga. Selama mau terus berjuang. “Ilmu wirausaha banyak, tetapi tidak banyak yang berani berwirausaha, bukan karena kurang ilmunya, akan tetapi karena kurang mentalnya. Selain itu, ketika memulai usaha seperti beriklan seharusnya disiapkan dahulu produk, toko, layanan, dan kemudian barulah marketingnya, jangan marketing dulu kemudian baru dilakukan perbaikan produk, hal ini akan berimplikasi pada borosnya biaya”.
Caraka sebagai pemateri ketiga mengajak mahasiswa berwirausaha, dimana telah didukung dengan adanya beberapa paket desain pelatihan, termasuk seminar ini yang merupakan bagian dari paket pengembangan, sehingga mahasiswa akan tertarik mau mencoba berjualan dengan marketplace UAD. Perlu ditumbuhkan motivasinya, terutama tidak malu untuk berjualan, Sebab selain akan mengajarkan bussines plan dan digital marketing, berjualan merupakan upaya menumbuhkan kesadaran karir.
Sementara itu, seminar tersebut dihadiri oleh Para stakeholder UAD, dosen dan mahasiswa yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube BIMAWA UAD.
Penulis: Egi Purnomo Aji