Guess The Corruptor
Berangkat dari pemenuhan tugas kuliah di semester 3 Program Studi Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar yang mewajibkan pembuatan karya tulis ilmiah dalam bentuk proposal yang kemudian diikutsertakan dalam ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa. Hal ini membuat Dhuhana Salsabila, Febryna Miftakhul Jannah, dan Hasna’ Sekar Setyaningrum, berpikir keras perihal apa yang akan mereka buat.
Kemudian muncul ide yang bersamaan dengan sedang hangat dan diperbincangkannya sebuah kasus korupsi, baik di media cetak maupun online, yaitu korupsi di Kementerian Agama terkait pengadaan Al-quran.
Korupsi tersebut sudah tidak wajar, Sebab menyangkut agama, mereka tidak takut dengan Allah SWT “ujar Salsabila”
Salsabila juga menyampaikan permainan “Guess the corruptor” adalah sebuah permainan yang diharapkan dapat mencegah dari perbuatan korupsi, dimana pencegahan korupsi harus dilakukan sedini mungkin, harus ditanamkan sehingga menjadi kebiasaan. Guna dapat berfungsi dengan baik diciptakanlah sebuah permainan yang mudah, menarik, dan tidak membosankan sehingga anak-anak menyukainya.
Permainan ini sasarannya awalnya adalah kelas 3 sampai dengan kelas 5 Sekolah Dasar, akan tetapi semua usia dapat memainkannya karena tidaklah sulit untuk memahami bagaimana memainkannya.
Permainan ini konsepnya menyerupai permainan werewolf, akan tetapi yang membedakannya adalah esensi yang ingin disampaikan, dalam permainan guess the corruptor, anak-anak akan diajarkan bermusyawarah, dan dapat belajar tentang apa itu korupsi,bahaya korupsi serta hal-hal yang berkaitan dengan korupsi, yang akan dipandu oleh gurunya yang bertindak sebagai moderator.
Sementara itu, guess the corruptor telah dapat dimainkan dengan dibuatnya kartu cetak, dan juga dapat melalui aplikasi WhatsApp yang menjadi wadah dalam melakukan permainan tersebut. Guess the corruptor saat ini telah terdaftar Hak Kekayaan intelektual sejak diumumkan untuk pertama kali di wilayah Indonesia atau di luar wilayah pada 32 Agustus 2020.
Korupsi telah membudaya, ketika ingin mengubah korupsi maka harus dilawan dengan budaya juga, yaitu dengan menanamkan budaya atau kebiasaan anti korupsi sedini mungkin, dimulai dengan hal termudah salah satunya melalui permainan guess the corruptor, sebuah langkah untuk merombak paradigma semoga budaya korupsi akan luntur. “tambah Salsabila ketika diwawancarai secara daring”
Penulis: Egi Purnomo Aji