Hari Kedua ADIYC 2025, Peserta Asah Kepemimpinan dan Kolaborasi di Forum Internasional
Kulonprogo – Kegiatan Ahmad Dahlan International Youth Camp (ADIYC) 2025 memasuki hari kedua pada Rabu, 29 Oktober 2025 di Lembah Khayangan, Kulon Progo. Pada hari kedua ini, suasana kegiatan semakin hangat dan penuh semangat. Para peserta yang datang dari berbagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) terlihat mulai akrab dan aktif berinteraksi dalam setiap sesi diskusi kelompok.

Kegiatan dimulai sejak pagi dengan olahraga dan koordinasi peserta, dilanjutkan dengan beberapa sesi Focus Group Discussion (FGD). Tema yang diangkat pada hari kedua ini mencakup Leadership and Teamwork, Entrepreneurial and Problem-Solving Mindset, Emotional Intelligence and Ethical Awareness, Collaboration and Networking, serta Global Communication and Intercultural Competence.

Salah satu peserta, Nafa Fatihatuzzahra dari Universitas Muhammadiyah Semarang, mengaku hari kedua menjadi pengalaman yang berkesan baginya. Ia merasa lebih percaya diri untuk berpendapat setelah mengenal anggota kelompoknya. Nafa mengatakan bahwa dirinya mendapatkan banyak wawasan baru dan keberanian untuk berbicara di forum internasional.
Menurut Nafa, materi yang disampaikan para narasumber memberikan banyak pembelajaran penting, khususnya mengenai kepemimpinan. Ia menuturkan bahwa menjadi pemimpin tidak hanya tentang memimpin, tetapi juga tentang mengayomi dan mendukung anggota tim. Selain itu, ia juga mendapatkan pelajaran berharga dari sesi tentang digital technology, yang mengingatkannya agar lebih bijak menggunakan media sosial karena setiap unggahan memiliki dampak besar, baik positif maupun negatif.
Peserta lain, Binugraheni Indah dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, juga membagikan pengalaman dan pandangannya selama mengikuti kegiatan hari kedua. Ia menyadari bahwa kepemimpinan sejati bukan ditentukan oleh siapa yang paling lantang berbicara, melainkan oleh siapa yang paling mau mendengar. Bagi Binugraheni, pemimpin yang baik adalah sosok yang memahami, mendukung, dan berjalan bersama timnya.
Binugraheni juga menambahkan bahwa kesuksesan tidak akan bisa terwujud dari ego semata, melainkan dari kolaborasi yang tumbuh melalui kerja sama antarindividu. Ia mengutip pepatah, “If you want to go fast, go alone. But if you want to go far, go together,” sebagai pengingat bahwa keberhasilan hanya dapat dicapai jika semua orang melangkah bersama menuju tujuan yang sama.
Sementara itu, Tanalina Arifah dari Universitas Muhammadiyah Semarang menilai bahwa sesi FGD di hari kedua memberikan ruang aman bagi peserta untuk berdiskusi, bertukar pikiran, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Melalui interaksi lintas budaya ini, peserta dapat memperluas wawasan dan memperdalam nilai toleransi serta empati terhadap sesama.

Menjelang malam, kegiatan ditutup dengan sesi International Collaboration yang menampilkan cultural show berupa nyanyian, tarian, dan drama dari para peserta. Acara tersebut menjadi simbol keberagaman dan kebersamaan antar peserta yang datang dari berbagai negara. Malam itu diakhiri dengan kegiatan campfire dan youth declaration sebagai wujud semangat kolaborasi dan solidaritas pemuda Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di kancah global.


