Bersama Ubah Sampah Menjadi Cairan Sejuta Manfaat Melalui Pelatihan Eco Enzim
Tim Dahlan Muda Mengabdi Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (DMM HMPS PBSI UAD) bersama Kelompok Tani Surya Hijau melakukan pelatihan pembuatan eco enzim. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada hari Minggu (11/11/2023) di balai RW Kelurahan Suryodiningratan, Kecamatan Mantrijeron, Kabupaten Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelatihan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan DMM HMPS PBSI UAD. Pelatihan ini dihadiri oleh Ketua RW Kelurahan Suryodiningratan, Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Surya Hijau, dan juga masyarakat sekitar di Kelurahan Suryodiningratan. Nenden Wulan Septianning Tiyas selaku ketua DMM HMPS PBSI UAD menyampaikan “Sampah menjadi salah satu masalah terhadap lingkungan, pengolahannya yang tidak tepat menyebabkan penumpukan dan sumber penyakit, dan tentu saja masalah tersebut dapat mengganggu pemandangan. Dengan membuat eco enzim, kita telah berpartisipasi mengurangi beban bumi sekaligus menerapkan gaya hidup yang minim bahan kimia sintetis”.
Eco enzim merupakan hasil fermentasi limbah dapur organik yaitu buah-buahan dan sayuran, air, serta cairan molase. Pemilihan sampah organik untuk eco enzim juga perlu diperhatikan yaitu hindari sampah yang mengandung minyak, gas, dan tidak berair. Proses pembuatan eco enzim memerlukan waktu 3 bulan sehingga terbentuk enzim. Pada bulan pertama proses fermentasi akan menghasilkan alkohol, bulan kedua proses fermentasi akan menghasilkan asam, bulan ketiga barulah terbentuk enzim yang dapat kita manfaatkan. Penyimpanan ember wadah eco enzim tersebut harus terhindar dari sinar matahari langsung. Ketika proses fermentasi sedang berlangsung petani harus mengeluarkan gas yang ada di dalam ember penyimpanan eco enzim secara rutin supaya eco enzim tidak meledak. Panen eco enzim dapat dilakukan pada bulan Januari 2023.
“Harapannya setelah petani mengetahui cara pembuatan eco enzim, petani memiliki alternatif lain pupuk organik yang dapat digunakan. Terlebih dengan kuota subsidi pupuk kimia yang kian berkurang setiap tahunnya. Dengan semakin banyaknya pilihan pupuk organik yang dapat dibuat oleh petani, diharapkan pula permasalahan terkait kekurangan pupuk bersubsidi dan permalasahan terhadap sampah dapat teratasi” ungkap Rayhan selaku coordinator dalam pelatihan tersebut.
Penulis: Tim DMM HMPS PBSI UAD
Editor: Nona Carolina